China Reduce Polution with ECO-CITY Concept
- M.Wahyu Hidayat
- Mar 11, 2017
- 2 min read
China yang memiliki populasi penduduk 1.3 Milyar jiwa menempatkan China sebagai negara terpadat di dunia dengan rasio 18,8 % dari jumlah penduduk DUNIA. Lima dekade terakhir China mengalami kemunduran dalam hal perekonomian sehingga menyebabkan terjadinya kekurangan bahan pangan dan peningkatan jumlah penduduk yang berada pada garis kemiskinan. Populasi yang besar yaitu 1.3 Milyar, bukan perkara yang mudah bagi Pemerintah China untuk mengembalikan kestabilan ekonomi dinegaranya. Lambat laun Pemerintah China semakin ketat terkait kebijakan ekonomi. Urbanisasi dan industrialisasi menjadi kunci utama dalam mengembalikan kestabilan perekonomian China. Masalah ekonomi dituntaskan, muncul kembali permasalahan baru yaitu degradasi lingkungan dan sosial di perkotaan. Industrialisasi besar-besaran mengakibatkan China menjadi negara penghasil polusi terbesar. Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mencatat bahwa" Pertumbuhan ekonomi China yang dominan membuat China menjadi konsumen bahan baku primer ( seperti bahan bangunan, biji besi, bahan bakar fosil dan biomasa) terbesar di dunia.

Tingkat konsumsi domestik China empat kali lipat dari Amerika. Konsumsi batu bara China naik dari 49 % menjadi 67 % pada tahun 2009, konsekuensi dari peningkatan penggunaan energi batu bara mengakibatkan emisi karbon dioksida (CO2) China tumbuh pesat yakni empat kali lipat lebih banyak dibanding emisi gas rumah kca per skala ekonomi Wilayah Asia Pasifik.
Tingkat polusi yang meningkat setiap tahun, Pemerintah China berupaya mengembalikan kelestarian ekonomi dengan Konsep Eco City (kota berwawasan lingkungan).
Segala upaya digunakan Pemerintah China demi mengentaskan masalah lingkungan. Proyek Eco-City terbesarpun dicanangkan. Dalam Perkembangan proyek Eco-City Pemerintah menggandeng Pemerintah Singapura dalam mega proyek tersebut. Hasilnya ditetapkan dua kriteria lokasi Eco-City yaitu pertama, dikembangkan di lahan non-pertanian, kedua dikembangkan di daerah kekurangan air. berdasarkan dua kriteria tersebut maka terpilihlah empat lokasi yang mungkin bagi proyek ini yaitu Baotou, Tangshan, Urumqi, dan Tianjin. Studi menyeluruh dilakukan, maka terpilihlah Tiangjin dalam proyek Eco-City. For Your Information, Tianjin terletak 150 Km dari pusat kota Beijing dengan luas 4.500 mile2. Pertimbangan pembangunan Infrastruktur, kemudahan aksesibilitas, dan keberlangsungan aspek komersial di daerah sekitarnya.

Dalam masterplan Tianjin Eco-City terdapat tiga prinsip perencanaan, yaitu perencanaan tata guna lahan, perencanaan transportasi, dan perencanaan jaringan hijau-biru. Perencanaan Guna Lahan Tianjin dibuat kompak dengan prinsip guna lahan campuran dan berdasarkan Transit-Oriented Development (TOD). Dalam perencanaannya setiap bagian wilayah direncanakan memiliki lokasi fasilitas dan tempat kerja dekat dengan tempat tinggal. Pada Perencanaan Transportasi , yaitu meningkatkan penggunaan transportasi umum dan non motorize, maka dibuat jaringan jalan yang memisahkan motorize dan non motorize sehingga mengurangi konflik antara pejalan kaki dengan pengendara bermotor. Perencanaan Jaringan Hijau-Biru, Tianjin Eco-City direncanakan memiliki kawasan hijau dengan vegetasi (Hijau) yang luas dan sirkulasi air (Biru) yang besar demi meningkatkan ekologi dan kualitas lingkungan. Dalam mencukseskan pembangunan Tianjin Eco-City, terdapat beberapa indikator Eco City yang harus dipenuhi, yaitu Clean Water, Clean Environment, Green Building, Green Transport, Clean Energy dan City Management . berdasarkan beberapa indikator tersebut Tianjin direncanakan akan memenuhi standar bangunan hijau serta mengembangkan Eco-Culture bagi penduduknya, dimana penduduk nya diharapkan 90 % melakukan mobilisasi harian dengan berjalan kaki, selain itu limbah domestik individu direncanakan tidak lebih dari 0.8 Kg per hari, dimana 60 % limbah akan didaur ulang. Dalam penggunaan energi, sekitar 20 % merupakan energi terbarukan yang didapatkan dari matahari, panas bumi, dan sumber lainnya





Comments